Seperti yang kita ketahui, modus penipuan meminta uang banyak terjadi di Indonesia.
Baru-baru ini, ada sahabat saya yang profile picture IG nya dipakai oleh seseorang tidak dikenal (penipu) untuk menipu beberapa orang demi mendapatkan keuntungan material (uang). Kontak korban (teman-temannya) didapat dari menanyakan nomor HP orang lain ke 1 orang. Dengan sigap, 1 orang ini memberi tahu nomor HP orang-orang yang diminta. FYI, sahabat saya ini tinggal di Eropa dan sudah memiliki nomor Eropa. Sedangkan nomor si pelaku diawali dengan kode +62.
Pernah juga, nomor HP seorang Ustadzah di Indonesia dibajak. si pelaku pembajakan menghubungi teman2 whatsapp sang ustadzah, lalu meminta mereka untuk mengirim uang ke nomor rekening pelaku yang tentunya bukan rekening Sang Ustadzah. Nomor whatsapp saya termasuk salah satu nomor yang dihubungi. Namun alhamdulillaah Allah SWT beri saya kesadaran untuk curiga karena kalimat yang digunakan berbeda dari biasanya. Juga saya yakin, Ustadzah saya itu bukan typical peminta-minta uang.
Mungkin ada banyak sekali modus penipuan yang masuk ke ruang-ruang atau device pribadi kita, yang tidak saya sebutkan di atas
==============
Ada beberapa pelajaran yang bisa diambil:
1. Agar kita tidak mudah memberikan informasi pribadi, seperti nomor HP, id line, nomor rumah/kantor ke orang lain. Terutama di social media. Saya pribadi selalu menolak verifikasi nomor HP di social media. Selain bisa menjadi sarana pembajakan nomor HP, penipuan, juga saya curiga nomor HP saya disadap. macam orang penting aja deh
Informasi pribadi ini juga berlaku untuk hal lain, seperti password email/akun socmed, PIN kartu ATM, atau PIN/authorized number credit card.
2. Ada baiknya bila ada seseorang meminta nomor HP kita, maka kita minta nomor HP yang bersangkutan. Pola seperti ini saya pelajari dari atasan saya di kantor. Bila ada orang lain meminta nomor HP atasan saya, maka sekretarisnya meminta kontak orang tersebut. Agar nantinya atasan saya yang menghubunginya.
3. Bila ada orang lain meminta nomor HP atau email seseorang kepada kita, maka jangan langsung diberi. Tapi mintalah izin kepada si pemilik nomor/email/id line, kalau seseorang butuh nomor mereka. Jangan berikan identitas pribadi nya sebelum si pemilik mengatakan OK. Saya menerapkan hal ini, karena menghormati privasi si pemilik nomor. Mungkin teman-teman yang ada di 1 grup dgn saya faham, bila saya selalu bilang semacam ini "aku izin dulu ya ke orangnya kl kamu minta nomornya dia".
4. Jangan berikan nomor/identitas orang lain ke grup. Jadi bila ada seseorang di grup meminta nomor/identitas pribadi lainnya, maka berikan (setelah dapat izin) ke nomor pribadi si penanya, alias JAPRI. Hal ini terkecuali bila kita ingin add seseorang ke suatu grup (atas seizin dia).
5. Bila ada seseorang yg minta dikenalkan dgn orang lain melalui kita, maka jadilah pengantar utk mereka berdua. Misal, A minta dikenalkan dgn B. Maka bilang ke B, "apakah berkenan utk dihubungi oleh A?" Kalau berkenan, "bolehkah kita share nomor B ke nomor A" Kalau boleh, maka berikan nomor A ke nomor B juga supaya B tidak bingung.
Begitu juga bila kita ingin dikenalkan ke seseorang melalui orang lain. Misal, kita minta D memperkenalkan kita ke E. Maka kita minta D tidak hanya mengirim nomor HP, tapi juga memberikan kata pengantar seperti di atas.
6. Jangan sembarangan meng-add nomor/ID orang lain ke suatu grup tanpa izin/konfirmasi orang tsb. Apalagi kl grupnya adalah grup besar, yang tidak semua orang di dalamnya kita kenal.
Jangan salahkan seseorang yg setelah di-add ke suatu grup tanpa konfirmasi, lalu langsung keluar/exit dari grup. Bukan berarti sombong, tapi setiap orang punya ranah privasi yang harus dihormati.
7. Bila kita memiliki keperluan finansial yang memang urgent, misal pinjam uang krn emergency, maka sebaiknya telpon. Kalau perlu video call. Supaya si penerima telepon faham bahwa ini benar kita yang menghubungi. Jangan mudah meminjam/meminta uang kepada orang lain, sebagaimana mengeluhkan kesulitan finansial kita. Dengan ini, kita punya "identitas" sebagai orang yang mandiri secara finansial (walau sebetulnya misqueen hehe) & memiliki harga diri untuk tidak meminta-minta.
8. Bagi teman-teman yang berjualan online atau bisnis, saran saya, sebaiknya pakai nomor berbeda khusus untuk bisnis, berbeda dengan urusan pribadi/pertemanan. Kalau memungkinkan, pakai device khusus. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diperlukan.
9. Selalu waspada dengan permintaan transfer uang untuk orang lain, termasuk dari keluarga kita. Ingat kan, "mama minta pulsa?"
10. Sensitif lah dengan cara saudara2/sahabat2 kita berinteraksi secara tulisan.
Misal orang tua kita terbiasa pakai text capslock jebol (mungkin krn tidak tau cara menghilangkan capslock). Maka biarkan saja, jangan baper atau mentertawakan mereka. Next time kalo tiba-tiba chat tidak capslock, maka waspadalah dan coba uji dengan pertanyaan spesifik yang kira-kira hanya diketahui orang tua kita.
Misal, si Ibu punya kucing peliharaan bernama "Adek" (maaf kl ada kesamaan nama). Kemudian kita tanya, "Adek lagi apa Bu?". Kalo di sana menjawab, "lagi cakar-cakar perabot", maka yakinlah kl itu memang Ibu yang chat. Tapi kl dijawab "Adek lagi ngerjain PR" maka curigalah.. haha..
Orang tua saya punya typical chatting yang sepertinya hanya dimengerti oleh anak-anaknya saya biarkan walau agak unik bahasanya. karena tandanya, itu memang mereka yang chat. hihi..
11. Yang terakhir ini, saya gag tau gimana caranya. Tapi suka sebal karena sewaktu masih di Indonesia, sering ditelpon petugas bank menawarkan kartu kredit. Terus terang saya marah karena identitas saya di-share ke institusi lain.
=================
Ini adalah status kedua saya ttg keamanan identitas pribadi. Tolong hormati privasi orang lain, sebagaimana kita ingin identitas kita dihormati.
Saya lihat, masyarakat kita terlalu "royal" memberikan identitas nya dan identitas orang lain. Mudah sekali men-share nomor seseorang ke orang lain/grup.
Atau share informasi pribadi terutama finansial ke orang lain.
Selalu curiga lah dengan permintaan transfer, atau jualan produk. Karena banyak juga toko online yang modus penipuan.
Mungkin ini alasan, Indonesia menjadi negara paling generous sedunia. Kita terlalu husnuzhan dan menganggap santai & damai setiap hal termasuk info pribadi.
Semoga Allah SWT melindungi kita dari kejahatan makhluk-Nya.
Sendai, 1 Juli 2019
Arie Pujiwati
Comments
Post a Comment