Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2019

Ujian kemandirian Ramadhan di Jepang

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah: 185). Alhamdulillaah, tamu agung yang ditunggu ini datang menghampiri kami, muslimin di Jepang. Bahagia tak terkira, walaupun kami harus menghabiskan Ramadhan beberapa tahun belakangan ini di musim panas. Puasa di musim panas, berarti kami harus menahan lapar, haus dan segala yang membatalkan puasa selama 16-17 jam. Lebih lama daripada puasa di tanah air tercinta, namun lebih sedikit daripada di negara-negara subtropis dan kutub. Belum lagi temperatur udara yang cukup tinggi dan lembab menyebabkan badan mudah berkeringat dan kekurangan cairan. Tarawih dan tausiyah bersama ustadz (Ramadhan, 1

Wanita multi peran

Di Kasenuma koen, Rifu, Miyagi. Taman favorit saya karena bisa dinikmati hampir di semua musim kecuali winter. Paling indah ya di musim gugur, musim favorit saya. Pagi ini saya ngobrol dengan seorang teman foreigner tentang life path dan konsekuensi nya dalam pekerjaan atau studi. Contohnya, wanita yang sudah bekerja sbg PNS & menikah, kemudian studi postgraduate, kelihatannya menyenangkan. Namun ada tantangan yang sulit, yaitu menyeimbangkan peran domestik dan non-domestik. Saya selalu khawatir tidak bisa menjalankan kedua peran tersebut dengan baik. Sehingga, saya cuma bisa berdoa semoga Allah SWT berikan saya kemudahan. Sambil terus membersihkan niat dan memperbaiki diri. Nyatanya, faktor terpenting dalam hidup saya adalah memiliki sebaik-baik tempat bergantung dan bersandar, yaitu Allah SWT. Salah satu hal yang paling saya syukuri dalam menjalankan multi peran ini adalah, Allah SWT pertemukan saya dengan family men & women. Dahulu saya khawatir tidak bisa semp

8 tips menjadi pasutri-students di luar negeri

Kuliah bersama pasangan suami/istri di luar negeri adalah salah satu nikmat Allah SWT yang harus disyukuri dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sekilas, keluarga pasutri-students (bahkan anak-anak bisa ikut bersama mereka) adalah kemewahan luar biasa. Nyatanya, kehidupan mereka (atau kami, red.) pun tak seindah yang tampak di luar. Ada banyak kerepotan dan pengorbanan yang harus dilakukan. Berikut adalah 8 tips menjalani keluarga students di luar negeri, belajar dari pengalaman kami pribadi. Keluarga kami beserta tips ini bukanlah yang terbaik di antara seluruh keluarga students diaspora Indonesia. Namun demikian, tips ini kami berikan setelah kami melewati kerepotan-kegagalan-kecapekan ini. New academic year ceremony saat D-kun pertama kali menjadi anak kelas 1 SD (April, 2019) 1. Perbaiki hubungan dengan Allah SWT Tips ini menjadi poin penting. Kenapa? It’s simply because kita hanya manusia biasa yang memerlukan pertolongan Allah SWT. Dan ujian kehidupan ini begit

Nama pesta itu berganti, demi anak Islam ini.

Disclaimer: - Tulisan ini saya tujukan untuk umat muslimin. - Bukan untuk membahas hukum mengucapkan selamat natal/Christmas. - Setiap keluarga memiliki kebijakan masing-masing. Yang kami sampaikan ini kebijakan di keluarga kami, dan tidak hendak mengunggulkan diri atau merendahkan yang lain. “Umi, nanti hari terakhir masuk sekolah, ada christmas party di kelas kakak. Acaranya Cuma main saja. Sebetulnya Kakak pengen ikut. Tapi kalau Kakak nggak boleh ikut, ya udah nggak apa-apa. Cuma minta tolong tanya Sensei, Kakak harus ngapain pas lagi party tapi kakak gag ikut?” ucap si Kakak. ==== Percakapan antara saya dengan sensei daycare si Dedek di awal bulan Desember: A: Sensei, tanggal xx Des ada Christmas party ya? S: Iya betul ada. Santa Claus datang kasih hadiah. A: Oh gitu. Mohon maaf Sensei, D-kun ndak bisa ikut party nya ya? S: Oh iya nggak apa-apa. Trus gimana kalau nggak ikut? A: Nanti D-kun libur aja. S: Oke. ===== R-chan

Bersabar dan mengalah untuk menang a la R-chan

Agak panjang. Suatu sore saat berjalan kaki sepulang dari dokter gigi, R-chan tiba-tiba bercerita pada saya, "Umi, tau gag? kakak di-ijime (bully) di sekolah sama temen kakak." Sontak saya kaget, tak percaya bahwa anak kami yang kalem (di sekolah) ini kembali jadi sasaran ijime (ini ke-2 kalinya). Jika yang pertama kakak di-ijime secara verbal karena masalah jilbab dan sudah kami laporkan ke sensei, lalu ijime apa lagi ini? Usut punya usut, ada tiga orang teman perempuannya yang kerap mengganggu R-chan, baik secara verbal (ucapan), atau fisik. Rasanya kami ingin melapor ke senseinya, walaupun ijime nya tidak sampai melukai anak kami. PS: di Jepang, anak-anak diajarkan manner untuk lebih menghargai orang lain, berkomentar positif, dan tidak mengganggu orang lain. Jadi level ijime di Jp lebih strict daripada di Indonesia ya kawan? Namun, R-chan berpesan supaya kami tidak melapor ke senseinya. Berdasarkan pengalaman para senpai di Jepang, maka kami sampaikan ke R-chan unt

Kesulitan dalam menuntut ilmu

Setiap instrumen laboratory kadang "ngambek" alami, bukan karena dirusakin oleh si pemakai.  Alias, "mungkin dia lelah..." Namun entah kenapa, ngambek-nya sering terjadi pas saya hendak/sedang pakai. Sensei-tachi selalu bilang, "ini memang masanya utk rusak krn alatnya udah tua, bukan salah kamu. kebetulan pas kamu pake pas dia rusak." Note: setiap pemakai alat lab harus latihan & didampingi dulu. Kalau sudah mahir, baru dilepas sendirian. Kalau sudah begini, saya mengembalikan hal tsb ke rule of thumb-nya ikhtiar: - Segala sesuatu terjadi sesuai kehendak Allah SWT. - Manusia wajib berusaha mastatho'tum (sekuat tenaga). - Bersama kesulitan ada kemudahan. Selesai melaksanakan sampling di Shishiori gold mine, Kesennuma, Miyagi prefecture. Maaf kostum tidak menunjang sisi kewanitaan sebab harus naik turun sungai & lembah memakai boots. Beginilah rasanya menuntut ilmu, merasakan kesulitan dalam belajar. Kita belum seperti

Bangkit dari kelemahan dan putus asa

[Bangkit dari kelemahan dan putus asa] Salah 1 alasan sy sering pulang dr lab sekitar jam 17:00-17:30 selain krn harus jemput anak2, jg sy merindukan makan mala m bersama keluarga yang penuh dengan obrolan. Biasanya kami ngobrol yang ringan2 dengan anak2, karena kl ngobrol yg berat pasti diprotes. Obrolan pada makan malam hari senin yg lalu adalah bangkit dari kelemahan. Hari minggu/ahad nya, anak2 ikut kami field trip ke Onagawa, pulang malam sehingga mereka pun kecapean. Kami juga dink hehe.. Senin pagi R-chan sebetulnya agak kurang sehat dan masih capek. suhu tubuhnya 37.2C udah girigiri 37.5C. Dia bimbang mau sekolah atau tidak, krn kl pun sekolah juga sudah telat. Namun kami tetap memotivasi R-chan utk sekolah walau terlambat. Bahkan suami mengantarkan R-chan sampai sekolah supaya dia merasa pe-de. Malamnya, kami mengapresiasi keberanian dan kekuatan R-chan utk bangkit/move on dari kelemahannya. Dan cerita-cerita kami mengalir membuktikan kalau ortunya pernah lemah dan per

Memperkenalkan Indonesia kepada anak-anak SD Kunimi di Sendai

Baru-baru ini kami kembali diminta oleh sensei anak kami untuk menjelaskan tentang Indonesia ke para murid kelas 4 SD Kunimi. Sebetulnya ini kesempatan kedua kami karena tahun lalu kami pun mengisi sesi yang sama. Namun demikian, kesempatan kali ini berbeda dan lebih spesial daripada tahun lalu karena kami mendapat feedback dari para murid (sekitar 100) termasuk dari putri kami (R-chan). Cover kumpulan feedback murid-murid SD Kunimi atas presentasi kami tentang Indonesia. Gambar di kiri bawah harus ditutup karena ada foto anak-anak dan belum izin privasi ke orang tua mereka. Secara umum content yang kami bahas terdiri atas 3 bagian, yaitu perkenalan umum, kekayaan alam, dan budaya. Setelah penjelasan, anak-anak diperkenankan untuk bertanya. Tahun ini, pertanyaan anak-anak kelas 4 lebih banyak dan lebih unik daripada pertanyaan anak-anak kelas 4 tahun lalu. Berdasarkan pertanyaan dan feedback yang kami terima, berikut ini adalah hal-hal yang cukup unik dan banyak disoroti