Skip to main content

Menuju kelahiran anak riset ke-tiga



Alhamdulillaah wa syukurillaah, Allah SWT berikan kekuatan bagi saya untuk menulis dan menyelesaikan anak riset ke-tiga saya (PhD dissertation). Banyak yang bertanya pada saya, bagaimana saya bisa menyelesaikan "anak riset ketiga" sambil mengandung "anak manusia ketiga". Saya sebetulnya juga bingung kalau ditanya demikian. Tapi baiklah, saya mencoba mengingat kembali perjalanan itu. Semoga bermanfaat dan menjadi penyemangat untuk saya pribadi dalam menjalani lembar kehidupan berikutnya. Juga semoga menjadi penyemangat bagi semua yang membacanya, terutama para student mama. Ganbarimashou!!

Kimochi??

Saya tidak mengerti mengapa Allah SWT berikan rezeki kehamilan ini berbarengan dengan masa penyusunan disertasi saya. Dahulu saya pernah berdoa, "Ya Allaah, aku ingin dikaruniakan anak ketiga saat masih di Jepang. Mohon berikan di waktu yang tepat bagiku untuk memilikinya." Dan saat Allah SWT memberikan karunia kehamilan mulai bulan Januari 2019, maka saya langsung bertasbih memuji nama-Nya. Saya yakin, ini taqdir terbaik yang Allah SWT berikan untuk saya.

Sungguh tidak terbayangkan, betapa nano-nano nya perasaan dan perjuangan ini. Dahulu di awal semester terakhir , saya sempat menangis terisak-isak karena menganggap bahwa saya tidak akan pernah bisa membuat (bahkan) draft lengkap nya saja. Karena saya merasa sangat bodoh, unworthy, tidak sehebat kawan-kawan lab lainnya. Beruntung saya memiliki suami yang selalu memotivasi dan menghapus air mata saya dengan keyakinan dan doanya. Alhamdulillah..


Terlebih lagi, karena saya sudah 2x SC, maka resiko komplikasi kehamilan pun banyak. Mulai plasenta previa, dinding rahim bekas sayatan SC sudah tipis, plasenta menutupi bekas sayatan SC, sampai resiko bleeding yang mewarnai perjalanan trimester kedua dan ketiga. Semua resiko itu mengharuskan saya menjaga kondisi badan, tidak boleh capek, kontraksi, atau sakit. Jujur, menyesakkan dada dan membuat nangis siang malam. Bagaimana mungkin saya bisa melewati masa-masa genting ini ya Allah?

All about thesis

Ciri khas study di Jepang adalah timeline yang jelas dan ketat. Telat sedikit menyerahkan draft disertasi/thesis, maka bye bye graduation. Maka saya menargetkan harus submit paling lambat H-2 atau selambat-lambatnya H-1 dari deadline. 

Anyway, proses penyusunan thesis S3 di Tohoku University berbeda antara 1 faculty dengan faculty lainnya. Bahkan, antar laboratory di department yang sama pun bisa berbeda proses nya. 

Untuk kasus saya, di Komai-Watanabe Laboratory - Graduate School of Environmental Studies, proses penyusunan thesis ini sudah diminta Sensei di bulan April (awal spring semester). Saat itu, saya mempresentasikan ke Sensei tentang progress riset tingkat ketiga. Setelah Sensei OK, kemudian Sensei minta saya mulai mencicil thesis. 

Alhamdulillaah, semua karena Allah SWT. Saya merasa penyusunan thesis S3 ini lebih ringan daripada "anak-anak riset sebelumnya". Target saya sederhana, cukup lulus saja sudah syukur. Target lainnya, saya tidak "sakit jiwa" berupa stress dan depresi. Karena kesehatan ruh, jasmani, dan fikiran ibu hamil akan mempengaruhi bayinya bukan? Saya juga tidak mau banyak begadang, karena kurang tidur bisa memperburuk anemia saya. Pokoknya saya benar-benar mengkondisikan diri untuk relax. 

Saya pun "memaksa" Sensei memberikan deadline pada saya. Maka Sensei memberikan tiga tanggal deadline, yaitu deadline ke sensei-tachi di lab, lalu deadline ke reviewer (penguji), dan terakhir deadline ke kampus. Dan sebetulnya deadline ke sensei-tachi di lab lebih awal 3 pekan daripada deadline ke kampus. 

Namun demikian, tiada perjuangan yang tanpa hambatan. Mulai masalah teknis numbering, picture, matlab, GIS, mendeley, hingga menyadari ada data yang tertukar yang menjadi pertanyaan jackpot saat pre-defense. Data tertuker, maka selanjutnya saya harus merevisi perhitungan di matlab, juga revisi peta pakai QGIS, revisi narasi, revisi discussions, apalagi conclusions. Dan itu terjadi di Bab 2 sehingga Bab selanjutnya pun berubah. Cuma bisa senyum dan berdoa.

Drama lainnya pun terjadi. Tiga pekan sebelum deadline, saya menerima surat cinta berisi penolakan dari reviewers untuk 2 manuscripts saya. Sedih? Tentu. Tapi saya tidak bisa berlama-lama bersedih hati karena draft thesis perlu diselesaikan segera. Dan partner in crime saya (bos nomor 3) pun menunjukkan kalau memang beliau the best research partner saya yang mengerti feeling student nya satu ini. Beliau cuma tersenyum, berkata "daijyoubu. setelah defense, qt selesaikan ya.."

Maka tiada obat yang paling mujarab selain mengingat Allah SWT di atas semua kesulitan-kesulitan ini. Dia tempat saya melabuhkan hati, mencurahkan segala perasaan dan kegalauan, dan tentu saja tempat saya meminta pertolongan dan kekuatan. Selain itu, saya meyakini bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Insya Allah.


7 rangkap cover disertasi. Bismillaah..
Pada saat mengumpulkan thesis H-1, saya baru menyadari bahwa teks judul thesis yang saya ajukan di draft, mengandung beberapa kesalahan kecil namun fatal. Ternyata judul thesis yang saya tulis berbeda dengan judul yang diajukan. Bedanya terletak di huruf kapital setiap kata. Contoh: "Environmental Assessment" dan "Environmental assessment" kelihatan beda kan? Trivial memang, tapi penting. Parahnya, cover yang ditulis tangan tidak boleh salah karena 1 orang hanya mendapat 1 cover. Alhamdulillah, staff kyomu sangat baik pada saya. Mereka memberikan 1 cover lagi untuk saya. Akhirnya setelah mencoba berbagai taktik, saya menyerah karena waktu sudah menunjukkan pukul 17:30 dan academic section (kyomu gakari) sudah tutup. 

Alhamdulillah, di pagi hari pada saat deadline, saya bisa mengumpulkan draft saya. Memang tidak sesuai target (H-1), tapi it's OK as long as my thesis draft could have been accepted before the deadline. It's time to go home and take a rest all day long hehe..

Ada 1 hal penting yang saya syukuri, yaitu suami saya mampu menyelesaikan thesis dan final defense sebulan sebelum deadline thesis. Hasilnya pun sangat istimewa. Alhamdulillah suami mendapatkan award Professional Doctor for Sustainable Environment. Semacam lulusan IELP terbaique gitu lah. Lulus S3 dengan 7 publikasi ciinn...


Satu-satunya foto setelah final defense dari seorang lulusan IELP terbaique tahun 2019 (baca: suami)

Defense seminar

Setelah riuh ricuh penyusunan draft thesis, maka saya pun mempersiapkan defense. Yang menarik dari study di Jepang, khususnya lab saya, adalah kami selalu latihan presentasi untuk seminar dan conference. Untuk defense kali ini, saya latihan sebanyak 5 kali sampai benar-benar memuaskan sensei. Presentasi kami harus jelas, tepat waktu (tidak kurang dan tidak lebih, boleh kurang sedikit tapi jangan lebih), dan bisa menjawab pertanyaan dari reviewer. Saya pun menyusun strategi teknis bagaimana agar defense berhasil. Di antaranya, menyiapkan semua barang berjumlah serba 2: laptop, pointer, USB, mouse, buku catatan, pulpen. Semua laptop siap terhubung dengan projector. 

Dan saat yang ditunggu pun tiba. Untuk final defense seminar, tentu saja sensei ingin penonton nya "ramai". Sesuatu yang tidak diinginkan oleh students, tentunya. Maka berdatangan lah students tidak hanya dari lab saya, tapi juga dari lab lain. Hanya 1 orang yang saya larang untuk hadir, yaitu suami saya. :)



Final defense seminar. Arigatou Teh Sandia untuk fotonya.

Berdiri untuk presentasi selama 50 menit, dilanjutkan tanya jawab selama 30 menit (atau seselesainya) tentu berat untuk seorang wanita yang tengah hamil 7 bulan. Maka saya menyiapkan kursi, dan sensei pun meminta maklum pada reviewer yang lain kalau saya duduk. Kostum? Ini paling susah. Karena kemeja putih sudah kekecilan. Maka saya memakai gamis + blazer. 

Sebetulnya saya khawatir terhadap 1 slide yang selalu "hang" bila di-preview. Dan benar saja. Hang!! Dengan sigap, saya langsung berpindah ke laptop kedua. Tarik nafas panjang, minta maaf, dan tersenyum untuk mengurangi ketegangan. Alhamdulillah lancar. 

Pertanyaan dari reviewer pun tidak sekejam pre-defense seminar. Karena defense seminar sebetulnya lebih ringan daripada pre-defense seminar. Beberapa revisi sudah saya lakukan. Di Jepang, reviewer bertanya bukan untuk menjatuhkan, tapi memang untuk mencari tahu kebenaran suatu hal. Sensei selalu bilang, "Tidak ada satupun supervisor yang tidak ingin student nya tidak lulus. Sensei selalu ingin setiap student nya lulus dengan hasil yang terbaik." Jika ada sensei yang berbeda, maka anomali.

Alhamdulillah, it's done!! Tangis pun pecah. Tidak menyangka bahwa saya bisa melaluinya. Sesuatu yang dulu saya sangsikan untuk terjadi.

Maka saatnya merayakan kesuksesan dengan tunduk bersujud kepada-Nya. Rabb, kalau bukan karena-Mu, maka saya tidak bisa seperti ini.

Di kantin, suami dan anak-anak sudah menunggu. Terima kasih Abi, kakak, Abang. Juga terima kasih bibi-tachi honey yang sudah men-support bumil dalam suka dan duka.


Makasih bibi-tachi zheyenk terbaique


Hidup seimbang itu lebih penting!

"Kitalah yang menciptakan libur". Demikian prinsip kawan-kawan di Sendai, dan saya pun menyetujuinya. Maka thesis dan defense jangan sampai mengganggu aktivitas pribadi sebagai manusia.


Alhamdulillah Ramadhan tahun 2019 datang pada saat sibuk menyusun thesis. Maka Ramadhan adalah alarm penting bagi saya untuk mau tidak mau menyeimbangkan hidup. Lebaran pun harus libur, apapun kondisinya. Namun demikian, saya menyerah untuk open house pada saat lebaran. Selain sedang sibuk dengan thesis, tenaga pun terbatas. Tapi entahlah, selalu ada waktu dan tenaga untuk membuat kue kering, alhamdulillah.

Selain itu, milad D-kun jatuh beberapa hari menjelang defense. Maka saya pun excited membuat cake milad, walau hanya cake ogura biasa dihias whipped cream. Tak ada party bersama geng sepermainan. Hanya kami berempat + aka-chan di perut uminya.


D-kun dan cake milad nya. PS: jangan abaikan Abi yang sedang menjemur pakaian di belakang kiri. He is a great husband and father.


Tanabata dan hanabi (kembang api) festival adalah temptations lainnya yang tidak mungkin dilewatkan di bulan Agustus. Tanabata festival di Sendai adalah yang terbaique se-Jepang. Kami pun selalu menonton hanabi walau dari balkon apato. Namun apa daya, kedua festival itu terjadi beberapa hari menjelang dan bertepatan dengan final defense saya. Maka, hanabi festival cukuplah di balkon apato ditemani "yakitori (sate ayam) bang Robi" dan chiki chiki konbini. Bahagianya, pagi hari menjelang defense, saya sempat berjalan di antara hiasan tanabata hari pertama. Sebuah pemandangan yang menyemangati saya.

Ternyata setelah saya renungi, mengusahakan diri agar mampu menjalani hidup secara seimbang itu merupakan kekuatan yang luar biasa penting. Seimbang yang saya maksud tentu bukan hanya work hard play hard, tapi juga seimbang antara kehidupan duniawi dan ukhrowi, juga kehidupan keluarga dan pekerjaan/study. 

Selain itu, suami juga selalu menekankan. Dalam menjalani studi S3, bukanlah cepet-cepetan atau banyak-banyakan publikasi. Tapi, apakah ia mampu bertahan menjalani beban riset S3. Endurance!! Maka, bertahanlah dan kuatkan diri dengan menjadi pribadi yang seimbang! Good luck, all.


Comments

  1. MasyaAllah.. Mbak Arie dan suami.. pasangan yang inspiratif as always ���� Barakallah...

    Selamat berjuang kembali di tanah air, Mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillaah Bi'idznillaah Mba Arina.. Wa fiik barokallaah..

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Merasakan layanan ambulance di Jepang

Ramadhan 1440H; Mei 2019 Baru saja kami berbuka puasa keluarga, ketika tiba-tiba D-kun terbatuk-batuk sambil mengeluarkan darah dari hidung dengan deras. D-kun sudah 4 hari demam tinggi dan batuk, menyebabkan ia kadang sulit bernapas dan sesak dada karena batuk yang parah. Kami kira hanya mimisan sedikit, namun ternyata deras sekali, ditambah panas tinggi menyebabkan kami sedikit panik. Darah mimisan pun ada yang masuk ke mulut. Spontan, saya telpon 119 sebagai nomor rescue di Jepang yang memiliki 2 saluran, ambulance (kyukyusha 救急車) atau fire fighter (shobosha 消防車). Tidak sampai 5 menit, suara ambulance sudah terdengar meraung-raung menuju apato (apartment) kami. Datanglah 3 orang petugas ambulance, semuanya pria berbadan besar berseragam "Sendai fire rescue team". Dengan sigap mereka memeriksa D-kun, menggendongnya, dan membawanya ke ambulance. Setelah pemeriksaan di dalam ambulance, bergegaslah kami menuju emergency and critical care center di Sendai City Hospital, A
Perpisahan dengan Sensei-tachi Our children's teachers (Kazumasa-sensei, Emiko-sensei, Akiko-sensei, Shutaro-sensei) Sendai, 19 Desember 2019 大切な小学校. 本当にありがとうございました . . Hari ini perpisahan sekolah R&D. Tentunya sangat mengharukan. . . Hari ini, semua teman seangkatan R-chan memakai baju abu-abu. Shutaro-sensei (international teacher) dan Akiko-sensei (classroom teacher) pun juga memakai baju abu-abu. Ternyata, R-chan request demikian. Teman-teman R-chan pun memberi banyak hadiah, semua dibuat sendiri oleh sensei & kawan-kawan. . . Kelas D-kun pun tak kalah mengharukan. Bahkan teman-temannya menangis, membuat saya pun menangis. Ada 1 kawan D-kun hari ini sakit dan tidak masuk sekolah. Jam 16, ia datang bersama ibunya hanya untuk say goodbye dengan D-kun. 😭😭. Emiko-sensei (classroom teacher) pun terharu. . Bagian ini paling terharu sih! Ada school principal juga yang melepas kami pergi. Seperti di dorama 😭😭😭 Kami dilepas tidak hanya oleh classroo