Skip to main content

Waktu

Musim semi di Yamagata City

Beberapa hari terakhir berkontemplasi tentang waktu. Tidak terasa, Hi-kun hampir 2 tahun. Tidak terasa, sudah back for good sekitar 1 tahun 9 bulan. Tidak terasa sudah 1,5 tahun pandemi.


Dulu banyak kekhawatiran tentang kondisi di Indonesia. Sekarang sudah terbiasa dengan kekhawatiran tersebut. Malah heran, kenapa harus dikhawatirkan?

Nampaknya, kami sudah mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan. Kami sudah mengerti kembali cara bertahan hidup di Galaxy Bekasi πŸ˜‡

Tentu ada banyak yang dirindukan; kawan2, lab, sensei, kolega, kota Sendai, dan lainnya. Tapi rasanya sudah bisa move on dari memories tersebut.

Hanya 1 yang saya sulit move on dan masih tidak bisa menerima.. Yaitu masalah Waktu.

Kangen dengan Pak Guru yang berusaha keras menepati janjinya bertemu dengan saya (serpihan murid). Atau dengan mas kuroneko (kurir) yang telpon minta maaf tidak bisa kirim barang sesuai waktu yang kita request. Atau layanan publik lainnya yang sering 'voilaa...' lebih cepat daripada janjinya.

Kangen pada seminar/conference/meeting, di mana "mulai jam 9" berarti "jam 9 mengucapkan kalimat pembuka pertemuan". Bukan jam 9 baru masuk ruangan.

Kangen juga dengan kesungguhan & repotnya (wazawaza) orang lain dalam menepati janji. Juga tidak mudahnya membatalkan janji apalagi menjelang pertemuan.

Kita semua punya urusan masing-masing. 

Bisa jadi, kita sedang berjanji dengan seorang ibu bekerja yang keluarganya sedang sakit dan ia harus membagi urusannya dengan baik, tapi kita telat sehingga si ibu harus menunggu lama tanpa kepastian. 

Atau kita mendadak meminta meeting dengan seseorang kolega. Kemudia ia mempersiapkan bahan rapat mendadak tersebut hingga begadang larut malam. Kemudian menjelang meeting, kita tiba-tiba membatalkan rencana meeting secara sepihak. 

Atau kita sedang janjian bertemu dengan seorang kolega yang harus naik transportasi umum. Kemudia ia rela bayar mahal naik taxi demi menepati janji bertemu. Alih-alih kita hadir tepat waktu, bisa jadi kita malah telat atau bahkan tiba-tiba membatalkannya.

Mari menghargai waktu, niscaya waktu akan menghargai kita. 

Mari menghargai orang lain, niscaya orang lain akan respect pada kita. 

Comments

Popular posts from this blog

Merasakan layanan ambulance di Jepang

Ramadhan 1440H; Mei 2019 Baru saja kami berbuka puasa keluarga, ketika tiba-tiba D-kun terbatuk-batuk sambil mengeluarkan darah dari hidung dengan deras. D-kun sudah 4 hari demam tinggi dan batuk, menyebabkan ia kadang sulit bernapas dan sesak dada karena batuk yang parah. Kami kira hanya mimisan sedikit, namun ternyata deras sekali, ditambah panas tinggi menyebabkan kami sedikit panik. Darah mimisan pun ada yang masuk ke mulut. Spontan, saya telpon 119 sebagai nomor rescue di Jepang yang memiliki 2 saluran, ambulance (kyukyusha ζ•‘ζ€₯車) atau fire fighter (shobosha ζΆˆι˜²θ»Š). Tidak sampai 5 menit, suara ambulance sudah terdengar meraung-raung menuju apato (apartment) kami. Datanglah 3 orang petugas ambulance, semuanya pria berbadan besar berseragam "Sendai fire rescue team". Dengan sigap mereka memeriksa D-kun, menggendongnya, dan membawanya ke ambulance. Setelah pemeriksaan di dalam ambulance, bergegaslah kami menuju emergency and critical care center di Sendai City Hospital, A

Menuju kelahiran anak riset ke-tiga

Alhamdulillaah wa syukurillaah, Allah SWT berikan kekuatan bagi saya untuk menulis dan menyelesaikan anak riset ke-tiga saya (PhD dissertation). Banyak yang bertanya pada saya, bagaimana saya bisa menyelesaikan "anak riset ketiga" sambil mengandung "anak manusia ketiga". Saya sebetulnya juga bingung kalau ditanya demikian. Tapi baiklah, saya mencoba mengingat kembali perjalanan itu. Semoga bermanfaat dan menjadi penyemangat untuk saya pribadi dalam menjalani lembar kehidupan berikutnya. Juga semoga menjadi penyemangat bagi semua yang membacanya, terutama para student mama. Ganbarimashou!! Kimochi?? Saya tidak mengerti mengapa Allah SWT berikan rezeki kehamilan ini berbarengan dengan masa penyusunan disertasi saya. Dahulu saya pernah berdoa, "Ya Allaah, aku ingin dikaruniakan anak ketiga saat masih di Jepang. Mohon berikan di waktu yang tepat bagiku untuk memilikinya." Dan saat Allah SWT memberikan karunia kehamilan mulai bulan Januari 2019, maka s
Perpisahan dengan Sensei-tachi Our children's teachers (Kazumasa-sensei, Emiko-sensei, Akiko-sensei, Shutaro-sensei) Sendai, 19 Desember 2019 ε€§εˆ‡γͺ小学树. ζœ¬ε½“γ«γ‚γ‚ŠγŒγ¨γ†γ”γ–γ„γΎγ—γŸ . . Hari ini perpisahan sekolah R&D. Tentunya sangat mengharukan. . . Hari ini, semua teman seangkatan R-chan memakai baju abu-abu. Shutaro-sensei (international teacher) dan Akiko-sensei (classroom teacher) pun juga memakai baju abu-abu. Ternyata, R-chan request demikian. Teman-teman R-chan pun memberi banyak hadiah, semua dibuat sendiri oleh sensei & kawan-kawan. . . Kelas D-kun pun tak kalah mengharukan. Bahkan teman-temannya menangis, membuat saya pun menangis. Ada 1 kawan D-kun hari ini sakit dan tidak masuk sekolah. Jam 16, ia datang bersama ibunya hanya untuk say goodbye dengan D-kun. 😭😭. Emiko-sensei (classroom teacher) pun terharu. . Bagian ini paling terharu sih! Ada school principal juga yang melepas kami pergi. Seperti di dorama 😭😭😭 Kami dilepas tidak hanya oleh classroo